STRATEGI KEUANGAN BERKELANJUTAN UNTUK MENDORONG TRANSISI KE NET ZERO DAN KEBERLANGSUNGAN BISNIS
Kamis, 01 September 2022Indonesia telah berkomitmen untuk mengurangi emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 29 persen dengan menggunakan sumber daya dalam negeri dan hingga 41 persen dengan bantuan internasional, termasuk keuangan, transfer teknologi, dan peningkatan kapasitas dengan skenario bisnis seperti biasa pada tahun 2030.
Hal tersebut disampaikan Ketua Umum APINDO, Hariyadi B. Sukamdani dalam Breakfast Roundtable bertajuk “Unlocking Sustainable Finance to Drive the Transitionto Net Zero and Business Growth”, Kamis (1/9/2022) secara hybrid di kantor APINDO.
Diskusi ini merupakan Kerjasama APINDO melalui International Strategic Partnership Center (ISPC) dan Pollination. Acara ini membahas berbagai peluang dan strategi untuk mengakses inovasi keuangan berkelanjutan (Sustainable Finance) menuju pembangunan perusahaan yang mengintegrasikan Environmental, Social and Governance (ESG).
“Tentunya hal ini akan mempengaruhi bagaimana korporasi perlu menyesuaikan,bagaimana strategi dan tata kelola perusahaan melakukan bisnis dan pengaturan modal untuk pengembangan bisnis ke depan,”urai Hariyadi.
Lebih lanjut, Hariyadi memaparkan bahwa inovasi keuangan berkelanjutan (sustainable finance) diperlukan dalam mempercepat kemampuan suatu korporasi untuk mencapai target transisi menuju net zero.
Namundi luar itu, keuangan berkelanjutan juga dapat menurunkan biaya modal (cost of capital) dan membangun resiliensi perusahaan. Berbagai produk baru keuangan berkelanjutan diluncurkan setiap harinya oleh berbagai pihak; publik dan swasta, namun belum semua perusahaan memahami bagaimana mengakses fasiltas-fasilitas tersebut. Di luar kegiatan langsung operasional suatu perusahaan, pendanaan rantai pasok berkelanjutan (sustainable supply chain finance models) semakin sering digunakan sebagai salah satu cara untuk mendorong pemasok untuk mendukung
penurunan emisi Scope 3.