Diseminasi Hasil Kajian World Bank, Prospek Ekonomi Indonesia – membuka Potensi Bisnis Indonesia (Dissemination Event - Indonesia Economic Prospect With World Bank)
Thursday, 03 October 2024Dalam kegiatan Dissemination Event - Indonesia Economic Prospect pada hari Jumat, 20 September 2024 pukul 13.30 - 16.30 WIB di Ruang Serbaguna APINDO, diskusi dan tanggapan dilakukan secara konstruktif mengikuti kegiatan utama yaitu paparan hasil Prospek Ekonomi Indonesia yang merupakan laporan utama dua tahunan dari kantor Bank Dunia di Jakarta yang menganalisis perkembangan dan kebijakan ekonomi makro di Indonesia dan menampilkan fokus khusus terkait pembangunan ekonomi.
Sesi dibuka dengan sambutan dari Bapak Habib Rab, World Bank Program Leader dan Ibu Sophie Mackinnon First Secretary of Australia Embassy.
Dilanjutkan oleh sambutan dan pembukaan oleh Ibu Shinta Kamdani, Ketua Umum APINDO, yang mengapresiasi Bank Dunia dan Pemerintah Australia atas kolaborasi yang terus berlanjut untuk berbagai isu ekonomi untuk Indonesia, “Apresiasi terhadap Bank Dunia dan Pemerintah Australia yang secara konsisten telah bekerjasama dengan APINDO untuk isu-isu ekonomi dan pencapaian ekosistem usaha yang sehat untuk Indonesia”. Ibu Shinta kemudian lanjut menyatakan bahwa laporan hasil penelitian ini harapannya nanti bisa berkesinambungan dengan berbagai instrumen lainnya seperti Roadmap Perekonomian APINDO maupun peraturan-peraturan pendukung ekosistem usaha lainnya. Kegiatan diseminasi hari ini diharapkan menjadi upaya APINDO untuk memastikan laporan yang bermanfaat ini dapat diketahui dan diimplementasikan oleh seluruh lapisan APINDO dan membuka sarana diskusi bagi para peserta kegiatan maupun anggota APINDO. Ibu Shinta menyampaikan “APINDO mengapresiasi mitra seperti Bank Dunia yang melakukan kajian ini, insight yang diperoleh juga menjadi pelengkap data bisnis APINDO dalam mengadvokasi pelaku usaha kepada pemerintah Indonesia”.
Selanjutnya kegiatan dilanjutkan dengan sesi pemaparan dari perwakilan Bank Dunia yaitu Bapak Wael Mansour selaku Senior Economist at the Macroeconomics, Trade, and Investment Global Practice of the World Bank yang dan Bapak Alexandre Hugo Laure selaku Senior Private Sector Specialist at the Finance, Competitiveness, and Innovation Global Practice of the World Bank.
Pada paparan pertama, Bapak Wael menjelaskan kondisi ekonomi secara makro di Indonesia memiliki tren positif ditandai meningkatnya investasi dan menurunnya inflasi di Indonesia. Bapak Wael memaparkan “Jika dibandingkan dengan negara berkembang lain nya, pertumbuhan Indonesia 5% lebih tinggi dibandingkan negara dalam tingkat ekonomi yang sama, ini menunjukkan pertumbuhan yang relatif stabil”. Meskipun terjadi tren negatif yaitu tidak sedikit perusahaan memindahkan kantornya kembali ke negara asal atau negara tetangga, dimana Bank Dunia menyatakan tidak ada yang bisa dilakukan oleh Indonesia dalam kasus ini.
Data dan masukan lainnya dari Bank Dunia yaitu adanya peningkatan kegiatan di bidang manufaktur, jelasnya “Terdapat perputaran ekonomi yang besar di sektor manufaktur, yang dapat menjadi masalah karena berarti Indonesia belum bisa menciptakan lapangan pekerjaan bernilai tinggi”. Dari paparan pertama ini Bank Dunia menyampaikan perlunya perubahan struktural untuk meningkatkan kemampuan ekonomi Indonesia, meningkatkan produktivitas, dan peningkatan daya saing masyarakatnya melalui sektor swasta.
Paparan kedua dari Bank Dunia yaitu oleh Bapak Alexandre menitikberatkan pada upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk mendorong potensi bisnis Indonesia. Pak Alexandre memberi penekanan untuk meningkatkan kegiatan ekonomi di Indonesia, perhatian khusus harus diberikan kepada UMKM Indonesia, lanjutnya “Prospek terbesar di Indonesia datang dari micro and small enterprises, yang ketika pengusaha memulai usahanya dapat mendorong kegiatan ekonomi, yang berperan penting dalam tingkat produktivitas”. Bank Dunia mencatat Omnibus Law mendorong penciptaan lapangan pekerjaan terutama di tingkat pengusaha. Teridentifikasi tingkat produktivitas di Indonesia meningkat tiga kali lipat, imbas dari peningkatan investasi oleh pemerintah yang memungkinkan peningkatan upah bagi pekerja.
Catatan khusus dari Bapak Alexandre bagi UMKM juga betapa pentingnya kontribusi UMKM bagi ekonomi Indonesia terutama bidang-bidang informal. Meskipun demikian, dibandingkan dengan Mexico dan Filipina, UMKM di Indonesia masih perlu meningkatkan produktivitas, selaras dengan paparan sebelumnya terkait hubungan antara produktivitas dan penciptaan lapangan pekerjaan. Salah satu yang cukup unik menjadi masalah di Indonesia adalah sangat berpengaruhnya birokrasi dan perizinan terhadap perkembangan usaha, saat ini peraturan dirasa masih cukup mengganggu.
Sesi dilanjutkan dengan tanggapan dari Bapak Sutrisno Iwantono, selaku Ketua Bidang Kebijakan Publik APINDO dan Bapak Nicho Lieke selaku Ketua DPP APINDO Sulawesi Utara, sesi dimoderatori oleh Bapak Arief Budiman, Wakil Ketua Bidang UMKM dan Koperasi APINDO.
Keduanya mengapresiasi laporan data makro ekonomi Indonesia dan rekomendasi potensi pengembangan bisnis di Indonesia yang diproduksi oleh Bank Dunia. Banyak data yang dipaparkan oleh Bank Dunia sesuai dengan yang terjadi menurut pengalaman dari APINDO. Kekhawatiran yang sama juga disampaikan meneruskan data Bank Dunia yang menyatakan tingkat perekonomian bertumbuh tapi daya beli menurun. Memperdalam, Pak Iwantono menyatakan “Industri manufaktur banyak melakukan PHK, ada gap antara indikator ekonomi makro dan kenyataan di bisnis mikro. Bagaimana supaya menyambungkan situasi dari indikator ini yang dirasa perlu jadi fokus”.
Faktor lain disampaikan Pak Iwantono sebagai penambahan data dari laporan Bank Dunia, “Tadi disampaikan Tax Ratio di Indonesia masih kecil, kita juga sepakat, dan dari observasi kita ini terjadi karena coverage nya yang masih terbatas…nyatanya justru yang tidak layak dikenakan pajak seperti pajak di sektor micro enterprise lebih berat, sehingga sulit untuk menumbuhkan pelaku-pelaku kecil”. Bapak Iwantono juga mendorong pengumpulan data lebih dalam lagi untuk mencari tahu penyebab sulitnya bisnis kecil naik kelas. “Pelaku usaha antara besar dan kecil ini ke depan harus mengikuti karakter industri yang semakin technologically-intensive, misalnya AI”.
Ketua Bidang Kebijakan Publik APINDO ini juga memberi catatan bahwa kedepannya peran teknologi harus merata jangan sampai justru menekan penciptaan lapangan pekerjaan. Dalam tanggapannya Bapak Iwantono merespon data terkait produktivitas yang rendah di Indonesia bisa jadi disebabkan oleh jauhnya gap efisiensi antara Korporasi dan bisnis Kecil dan Menengah yang mengakibatkan sulitnya bisnis Kecil dan Menengah untuk bersaing dari segi produktivitas. Pak Iwantono juga menyoroti implementasi Omnibus Law yang tidak seindah rancangan undang-undangnya, “Pada dasarnya Omnibus Law dirancang untuk mempermudah, faktanya di lapangan belum sinkron antara pusat dan daerah. Padahal regulasi ini yang menentukan apakah bisnis bisa tumbuh atau tidak”.
Selanjutnya tanggapan disampaikan oleh Pak Nicho Lieke dari Ketua DPP APINDO Sulawesi Utara yang menyatakan situasi bisnis di Indonesia yang masih belum bisa sepenuhnya berfokus pada peningkatan ekonomi. Jelasnya, “Pengusaha di Indonesia ketika berbisnis masih pada tahapan bagaimana caranya untuk bisa survive, belum pada bagaimana untuk bisa mendapatkan keuntungan”. Tidak bisa dipungkiri ekonomi Indonesia mayoritas bergantung pada usaha Kecil dan Menengah seperti paparan Bapak Alexandre dari Bank Dunia. Besar harapan pemerintah selanjutnya lebih memanfaatkan dorongan pemerintah pusat ke daerah untuk memastikan pertumbuhan ekonomi yang merata.
Pak Arief kemudian memandu sesi tanya jawab antar penanggap, Bank Dunia, dan peserta kegiatan diseminasi yang hadir di Ruang Serbaguna APINDO. Berbagai data penunjang berhasil digali dari Bank Dunia dan data lapangan juga disampaikan oleh perwakilan APINDO baik dari sesi penanggap sebelumnya maupun anggota APINDO dan peserta umum di lokasi. Teridentifikasi dari diskusi beberapa poin seperti perlunya peningkatan peran institusi keuangan, pemerintahan yang baru, apa saja yang perlu digiatkan untuk mencapai pertumbuhan ekonomi misalnya meningkatkan produktivitas dan daya saing terutama industri informal.
Kegiatan Diseminasi Prospek Ekonomi Indonesia APINDO bersama Bank Dunia kemudian ditutup dengan foto bersama seluruh perwakilan APINDO dan Bank Dunia.