Apindo Kota Magelang Nilai Pertanian Jadi Solusi Ekonomi Daerah di Tengah Gejolak Global
Kamis, 19 Juni 2025
MAGELANG - Ketahanan pangan dan sektor pertanian menjadi satu-satunya bidang produksi strategis di tengah ancaman krisis geopolitik saat ini.
Hal itu dikatakan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia (APINDO) Kota Magelang Eddy Sutrisno, kepada wartawan, Kamis, 19 Juni 2025.
Menurutnya, berbagai indikator menunjukkan dampak negatif dari kondisi global terhadap perekonomian lokal sekarang ini, termasuk di Magelang.
"Terlebih adanya konflik Israel-Iran yang menyeret negara adidaya Amerika Serikat, telah menciptakan perubahan tatanan ekonomi global yang dampaknya dirasakan masyarakat di tingkat daerah," ujarnya.
Di tengah isu global, masyarakat dan investor cenderung bersikap "wait and see", menahan belanja dan investasi.
Lebih lanjut, Eddy menjelaskan bahwa kebijakan efisiensi yang dicanangkan pemerintah, seperti larangan MICE bagi pejabat, turut memukul sektor pariwisata.
Hotel-hotel sepi dan terjadi banyak pemutusan hubungan kerja (PHK).
"Akibatnya daya beli masyarakat turun. Kalau daya beli masyarakat turun, kemudian ada efisiensi ekonomi global, apalagi faktor keamanan kemarin preman merajalela, kriminalitas meninggi, orang semua ekonominya pasti berhenti," kata Eddy.
Kondisi ini diperparah dengan kehati-hatian perbankan dalam menyalurkan kredit, mengingat indikasi penurunan ekonomi secara keseluruhan.
Meskipun demikian, Eddy mengakui bahwa secara makroekonomi, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih terbilang baik, berkisar antara 4,8 persen hingga 5,4 persen.
Namun, itu masih sangat fluktuatif di wilayah daerah.
"Beruntung, Kota Magelang relatif tidak terlalu terdampak PHK massal. Namun, sektor pariwisata dan okupansi hotel tetap merasakan dampaknya," ucapnya.
Di tengah berbagai tantangan tersebut, Eddy Sutrisno melihat sektor pertanian sebagai peluang terbesar dalam dunia usaha saat ini.
Pertumbuhan ekonomi di sektor pertanian dan perkebunan, lanjutnya, bakal berkembang pesat.
"Kalau yang menurun itu manufaktur, properti, lalu jasa. Sedangkan yang punya power sekarang itu justru sektor pertanian dan pangan. Karena salah satu krisis dunia sekarang adalah krisis pangan," terang Eddy.
Ia pun memuji kebijakan food estate yang digagas oleh Joko Widodo dan dilaksanakan oleh Presiden Prabowo Subianto.
"Justru kenapa pada saat dunia itu, termasuk Jepang, Malaysia, Kenya, Afrika, bahkan Eropa, itu kesulitan pangan, Indonesia atau malah surplus. Satu faktornya karena rezim berhasil membuat food estate," katanya.
Ia pun berharap, ke depan food estate dibuat di setiap daerah.
Hal ini selain sebagai upaya swasembada pangan, juga untuk antisipasi krisis pangan, yang bisa saja terjadi bila situasi global mengalami ekskalasi.
Sumber: MAGELANGEKSPRES.ID